Perhatikan 4 Sikap Pegawai Tidak Profesional Ini yang Dapat Merusak Karier Kamu
Terkadang dikala kita sudah menetap di sebuah perusahaan untuk waktu yang cukup lama, kita cenderung merasa tenteram dengan rekan-rekan dan lingkungan melakukan pekerjaan kita. Enggak ada yang salah dengan rasa tenteram ini (malah itu hal yang manis, ‘kan?), masalahnya adalah dikala kita “terlalu tenteram” sampai-sampai lupa dengan batas-batas-batasan yang boleh dan enggak boleh kita tinggalkan – sikap pegawai tidak profesional ketika melakukan pekerjaan bisa muncul begitu saja tanpa disadari.
Karena “lain lubuk lain belalang”, maka kita mesti selalu menentukan bahwa dimanapun kita melakukan pekerjaan – siapapun bosnya, siapapun kliennya – kita tetap menjunjung etos bekerja yang serupa tingginya. Enggak cuma kuat aktual pada terwujudnya lingkungan kerja yang ideal untuk semua pegawai, tapi juga hal ini akan mempunyai efek elok bagi kita ke depannya. Karena, ingat: kita mampu saja nantinya membutuhkan sumbangan salah seorang rekan kerja di kantor, atau meminta atasan untuk mempertimbangkan peningkatan gaji kita.
Makara, tanpa basa-bau lebih jauh lagi, inilah beberapa sikap pegawai tidak profesional yang mungkin tanpa disadari telah kau perbuat selama ini saat bekerja.
Terlalu sering menganalisa akun sosial media
Kecuali kau memang memegang posisi sebagai admin sosial media (sosmed) untuk perusahaan tempatmu melakukan pekerjaan , terlalu sering menganalisa akun sosmed merupakan hal yang enggak banget kamu lakukan selagi bekerja. Enggak hanya mencampakkan waktu secara percuma, tapi acara yang nampaknya remeh ini ternyata memiliki potensi buat mempermalukanmu di hadapan para rekan kerja, lho.
Sementara lainnya sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkas mereka, bagaimana bisa kau enggak punya rasa tenggang rasa dan kesadaran diri sama sekali untuk bekerja segiat mereka? Lebih baik kau tunggu sampai waktu break atau istirahat makan siang sebelum kau me-like foto modern artis idolamu di Instagram atau mengomentari status Facebook sobat. Trik pertama dalam tips berhasil menjadi perempuan karir dalam dunia patriarki dimulai dengan mengatasi kebiasaan buruk yang satu ini.
Menyela obrolan
Memiliki minat yang besar itu sebuah pencerminan bahwa kamu memang sangat kesengsem dengan pekerjaan yang kamu punya ketika ini, dan kadang-kadang minatmu jugalah yang membuatmu melakukan pekerjaan lebih keras serta selangkah lebih maju dibanding rekan kerjamu lainnya. Tapi jikalau hingga minatmu itu membuatmu melaksanakan tindakan yang merugikan mirip menyela pembicaraan atasan atau pegawai lain (terutama dikala meeting atau rapat perusahaan), itu pertanda bahwa kamu sebetulnya justru enggak serius mendengarkan pertimbangan orang lain. Ditambah lagi, kamu juga terlihat mirip seorang pegawai yang enggak mahir bekerja selaku anggota tim. Setiap wanita harus cerdas dan cendekia, tapi ada tempat dan waktu tersendiri untuk menunjukkan sisi cemerlangmu itu ya, Girls.
Meremehkan peran yang tampaknya gampang dijalankan
Terkadang, ada beberapa tugas yang begitu mudah ditangani sampai-hingga kau berpikiran untuk mengerjakannya belakangan saja; sesudah tugas-peran yang lebih sukar berhasil kamu taklukkan terlebih dahulu. Sayangnya, justru alasannya terlalu gampang, tugas-tugas yang kelihatannya remeh itu kian lama kian menumpuk dan engak usang kemudian kau jadi terbebani alasannya saking banyaknya beban peran yang belum terselesaikan.
Terapkan mindset pekerja kerasmu itu untuk semua peran – enggak peduli apakah itu tugas besar atau kecil – dan ini akan jadi salah satu kelebihan wanita dalam melakukan pekerjaan yang hanya kau miliki: seorang pegawai yang giat dan rajin di penjuru departemen. Supaya itu terwujud, jangan hingga menyepelakan imbas sikap pegawai tidak profesional yang satu ini!
Mengintimidasi pegawai baru
Sebagai pegawai senior yang sudah mengabdikan diri di perusahaan untuk waktu yang cukup usang, enggak mengherankan jika kamu pada hasilnya mengakrabkan diri dengan beberapa pegawai yang lain – bahkan kalian membentuk sebuah “aliansi” dan intensitas berbincang-bincang kalian pun cukup sering. Tapi tahukah kamu, bahwa terbentuknya aliansi antara pegawai senior ini bantu-membantu terlihat menyeramkan di mata pegawai baru?
Jadi, walaupun kau asyik bergaul dengan rekan-rekan kantor yang lain, jangan hingga kamu lupa untuk memperlakukan si anak baru dengan sama “asyik”-nya mirip pegawai senior lain. Cara mempertahankan korelasi kerja dengan sesama sobat kantor utamanya si anak baru adalah dengan mencampakkan jauh-jauh evaluasi negatifmu tentangnya di hari pertama ia melakukan pekerjaan . Kalau memang si anak gres terkesan gegabah atau kurang mahir dalam mengerjakan tanggung jawabnya, jadilah senior yang bagus dengan menunjukkan sedikit dukungan. Percaya deh, beliau akan menganggapmu sebagai pegawai senior yang kompeten plus ramah.
Beradaptasi dengan dinamika lingkungan kerja yang berubah-ubah memang enggak gampang, tetapi yakinlah bahwa kamu niscaya mampu melaluinya. Cukup hindari sikap pegawai tidak profesional di kawasan kerja yang sudah kita bahas bareng di atas, pasti kamu pasti berhasil menjadi pegawai teladan dimanapun kamu berada. Break a leg!